إِلَى يَوْمِ الدّيْن.يَاأَيّهَا الّذَيْنَ آمَنُوْا اتّقُوا
Ma’asyirol
muslimin rahimani wa rahimakumullah
Segala puji
kita panjatkan pada Allah atas berbagai macam nikmat yang telah Allah
anugerahkan pada kita sekalian. Allah masih memberikan kita nikmat sehat, umur
panjang. Juga lebih dari itu, kita masih diberikan nikmat iman dan Islam.
Shalawat dan
salam semoga tercurahkan kepada junjungan dan suri tauladan kita, Nabi besar
kita Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam, juga kepada para sahabat, para
tabi’in, serta para ulama yang telah memberikan contoh yang baik pada kita.
قا ل الحسن البسر
"اﻟﺪﻧﻴﺎ ﺛﻼﺛﺔ ﺃﻳﺎﻡ:
ﺃﻣّﺎ ﺃﻣﺲ ﻓﻘﺪ ﺫﻫﺐَ ﺑﻤﺎ ﻓﻴﻪ،
ﻭﺃﻣّﺎ ﻏﺪاً ﻓﻠﻌﻠﻚ ﺃﻥ ﻻ ﺗُﺪﺭﻛﻪ،
ﻓﺎﻟﻴﻮﻡ ﻟﻚ ﻓﺎﻋﻤﻞْ ﻓﻴﻪ."
[الزهد للبيهقي ١٩٦/١]
Hasan Al Bashri rahimahullah berkata : “Dunia itu hanya
tiga hari. Kemarin, yang tak kan terulang. Besok, yang belum tentu menemuinya.
Hari ini, tempat menabung amalan kita”
Mari kita coba maknai nasehat dari Hasan Al Bashri
rahimahullah diatas…
Kemarin, yang tak kan terulang. Begitu banyak rangkaian kejadian dan
aktifitas yang kita lalui di hari kemarin. Ada yang manis, tetapi tak
sedikit yang pahit. Ada yang meninggalkan kesan bahagia, tetapi tak jarang
yang berujung sedih. Namun setelah semuanya terjadi, maka akan berlalu.
Sebenarnya kita hanya perlu untuk mengambil hikmah dan mensyukuri dari apa
yang telah kita alami dan lakukan, apapun bentuknya. Karena bisa jadi yang
pahit dan menyedihkan, mampu untuk menjadikan pribadi kita lebih taat dan kuat.
Sebaliknya, yang manis dan bahagia, justru dapat menjerumuskan kita kepada
kelalaian dan kehinaan. Maka mohonlah kepada Allah, agar kita diberikan hati
yang bening dan hidup, agar mampu mengambil hikmah dan pelajaran yang
bermanfaat. Ya Allah, lunakkanlah hati kami dengan mengingat-Mu dan
bersyukur kepada-Mu…
وَعَسَىٰٓ
أَن تَكۡرَهُواْ شَيۡٔٗا وَهُوَ خَيۡرٞ لَّكُمۡۖ وَعَسَىٰٓ أَن تُحِبُّواْ شَيۡٔٗا وَهُوَ شَرّٞ لَّكُمۡۚ وَٱللَّهُ
يَعۡلَمُ وَأَنتُمۡ لَا تَعۡلَمُونَ ٢١٦
“Boleh jadi kamu membenci sesuatu,
padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu,
padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedangkan kamu tidak
mengetahui.”
(QS Al Baqarah : 216)
Besok, yang belum tentu kita menemuinya. Adakah yang bisa menjamin kita
masih bisa berjumpa dengan hari besok? Tidak ada seorang pun, melainkan hanya
Allah Ta’alaa semata yang Maha Mengetahui. Nasehat ini menghadapkan diri kita
kepada satu hal penting; lakukanlah yang Allah dan Rasul-Nya sukai,
sebaik-baiknya, dan saat ini juga. Karena kita tidak pernah tau, apakah kita
masih bisa menemui hari besok untuk melakukannya, ataukah itulah yang terakhir
bisa kita lakukan.
Hari ini, tempat menabung amalan kita. Hari yang sedang kita jalani saat
ini, adalah kesempatan emas untuk mengisinya dengan ketaatan dalam bentuk
amal ibadah. pastikan yang wajib tak terlewat, dan perbanyaklah mengerjakan
yang sunnah. Besar kecilnya ibadah, tergantung pada niat dalam hati kita. Kita
tidak pernah tau, amalan mana yang nanti akan membawa kita masuk ke dalam
surga. Tugas kita hanya fokus beribadah serta memastikan lurusnya niat hanya
pada Allah Ta’alaa. Jangan sia – siakan waktu kita dengan hal – hal yang tidak
membawa manfaat, terlebih bagi akhirat kita kelak. Apalagi saat tubuh masih
diberikan nikmat sehat, optimalkan untuk beribadah hanya pada-Nya. Pada
akhirnya, setelah kemarin tak dapat diulang, besok tak tentu berjumpa, maka
manfaatkanlah sebaik mungkin hari ini.
”Ada
dua kenikmatan yang banyak manusia tertipu, yaitu nikmat sehat dan waktu
senggang”. (HR.
Bukhari, dari Ibnu ‘Abbas)
Berbekalah dengan ketakwaan karena engkau tidak tahu
Apabila malam telah gelap apakah engkau akan hidup esok hari
Betapa banyak orang yang sehat meninggal tanpa didahului
sakit
Dan betapa banyak orang yang sakit ternyata hidup lama
Betapa banyak seorang pemuda sore dan pagi harinya dalam
kondisi aman
Padahal kain kafannya telah digunting dan dia tidak
mengetahuinya
Ibnul
Qayyim rahimahullah berkata: ”Keuntungan terbesar di
dunia adalah engkau menyibukkan dirimu setiap saat dengan sesuatu yang paling
utama dan bermanfaat untuk kehidupan akhirat. Bagaimana dikatakan berakal
seseorang yang menjual Surga dan kenikmatan di dalamnya dengan syahwat
(kesenangan dunia) yang hanya sesaat.”
Beliau juga
berkata: ”Menyia-nyiakan waktu lebih lebih berbahaya dari pada
kematian, karena menyia-nyiakan waktu memutuskanmu dari Allah dan akhirat,
sedangkan kematian memtuskanmu dari dunia dan penghuninya.”
Wallahu a’lam bishowab. Barakallahu fiikum…
No comments:
Post a Comment